25
Mar
21

Difabel, Disabilitas, Cacat – Antara Istilah dan Cara Pandang

Difabel, Disabilitas, Penyandang Cacat, orang berkebutuhan khusus, mana istilah yang lebih benar digunakan?

Mungkin sudah banyak yang tahu, istilah “Difabel, Disabilitas, Penyandang Cacat” semuanya ini mengacu pada siapa. Walaupun ada juga yang mengatakan bahwa orang difabel dan orang dengan disabilitas itu sedikit berbeda, tapi semua sudah tahu lah, bahwa kedua istilah tersebut pasti maksudnya mengacu pada satu kelompok orang yang sama.

Ya..sebenarnya memang sama saja. Penyandang cacat, Penyandang Ketunaan, Penyandang Disabilitas, Difabel..sudah lah, tak usah ribet membeda-bedakan, itu semua istilah yang mengacu pada kelompok orang yang “itu”, ngerti kan maksud saya?

Istilah suatu kata, bisa membuat orang berpikir dan berpandangan tertentu. Makanya terjadi usaha untuk mengubah istilah, dengan tujuan mengubah cara pandang orang-orang. Perubahan istilah ini biasanya dikemukakan oleh ahli, lalu diusahakan untuk populer, supaya masyarakat mempunyai persepsi tertentu, yang kemudia mendorong adanya perlakuan tertentu terhadap ‘mereka’ (ngerti kan kata ‘mereka’ ini mengacu pada siapa?).

Orang cacat, atau Penyandang Cacat, diganti menjadi tuna/ketunaan, supaya terdengar lebih halus.

Lalu diperhalus lagi menjadi penyandang disabilitas, kemudian ada juga yang menyebutnya dengan difabel.

Saya mencoba mencermati pelan-pelan, apa sih yang kira-kira terjadi pada pandangan orang-orang jika kita menggunakan istilah Difabel? Apa yang yang kira-kira terjadi jika menggunakan istilah ‘Penyandang Disabilitas’? Apa yang kira-kira terjadi jika menggunakan istilah ‘Penyandang Cacat’?

Misalnya, ada seorang yang tidak mempunyai kaki. Jika seorang yang tidak mempunyai kaki tersebut dikatakan sebagai orang “cacat”, atau “penyandang cacat”. Apa yang terpikir di benak semua orang?

Oh, dia cacat. Cacat berarti tidak sempurna. Dan jika sesuatu itu cacat, mau tak mau identik dengan ‘produk gagal’. Produk yang tidak semestinya jadi. Ya tidak?

Dan yang namanya produk gagal, biasalah, biasanya dikesampingkan saja. Atau..bahkan..dibuang saja. Jika tidak dibuang, itu dasarnya karena kasihan. Atau gak mau dikatakan gak punya nurani. Atau sekedar ngerasa gak benar saja jika ‘membuang’. Tapi tetap, dalam benak, yang ada adalah mengenyampingkan ‘produk yang tidak sempurna’ ini. Benar tidak?

Ini saya bukan bermaksud untuk kasar. Tapi benar tidak, jika istilah ini dipakai banyak orang, maka persepsi dari orang-orang akan cenderung demikian, ya tidak?

Sekarang ke istilah penyandang disabilitas. Kata ‘disabilitas’, ini kan dari bahasa Inggris. Disable, Artinya tidak bisa atau tidak mampu. Disability, artinya ketidakmampuan. Disabled person, orang yang tidak mampu.

Mungkin penggunaan nama ini ditujukan supaya ‘penyandang disabilitas’ tidak lagi dipandang sebagai orang cacat, atau sebagai produk gagal. Tujuannya adalah supaya memandang Mereka adalah ‘normal’, walaupun tidak mampu melakukan hal-hal tertentu. Karena ‘orang normal’ (yang bukan penyandang disabilitas) pun ada kan yang tidak mampu melakukan sesuatu. Jadi, mereka pada dasarnya sama, hanya saja mempunyai ketidakmampuan tertentu. Setiap orang dilahirkan dengan kemampuan masing-masing.

Tapi masalahnya, kalau istilah ‘penyandang disabilitas’ ini digunakan di Indonesia…Apakah banyak orang Indonesia saat ini ngerti bahasa Inggris, minimal tahu bahasa Inggris? Apakah ini benar-benar akan bisa mengubah persepsi masyarakat?

Saya berpikir seperti ini, ketika seorang dari Indonesia yang tak tahu bahasa Inggris pertama kali mengenal istilah ini, mereka sepertinya akan langsung mengartikan ‘disabilitas’ dengan ‘cacat’. Di dalam otak mereka, begitu mendengar kata ‘disabilitas’, atau ‘penyandang disabilitas’, maka dalam otak mereka bukan muncul ‘orang yang tak mampu melakukan hal-hal tertentu’, tapi tetap saja, ‘orang yang cacat’.

Contoh percakapan. Ini ceritanya bu Bejo gak ngerti bahasa Inggris.

Bu Bejo: Eh, jeng, anak bu Dwi yang tetangga baru kita itu, pakai kursi roda ya? Kenapa ya? Apakah pernah kecelakaan?

Jeng Supiyem: Oh, bukan karena kecelakaan. Dari kecil anaknya bu Dwi itu memang penyandang disabilitas.

Bu Bejo: penyandang disabilitas, apa itu Jeng?

Jeng Supiyem: Itu loh…contohnya: orang yang tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, yang lumpuh anggota tubuhnya, atau tidak punya tangan, atau tidak punya kaki, itu disebut penyandang disabilitas.

Bu Bejo (dalam hati): oooh..maksudnya orang cacat toh.

Benar tidak ini yang cenderung terjadi?

Jadi mbalik lagi, walaupun namanya diganti, tapi dalam otak mereka masih aja persepsi yang terbangun adalah ‘orang cacat’. Karena kata ‘disabilitas’ itu asing bagi kebanyakan orang Indonesia. Benar apa tidak?

Sama juga dengan penggunaan istilah ‘difabel’. Difabel juga berasal dari bahasa Inggris, Differently Abled. Atau ada yang menyebutnya ‘Different Ability’. Differently Abled = Mampu, tapi secara berbeda. Different Ability = mempunyai kemampuan yang berbeda. Jadi, “difabel” kurang lebih berarti ‘orang yang mampu, hanya saja berbeda…atau orang yang mempunyai kemampuan yang berbeda’.

Di negara yang berbahasa Inggris sana, mungkin maksud dari adanya istilah ini adalah membuat masyarakat supaya berpikir bahwa penyandang difabel ini adalah sama dengan orang ‘normal’ lain, hanya saja, mereka mempunyai kemampuan yang berbeda. Jadi, mereka bukan orang yang termasuk produk gagal. Mereka sama kok dengan orang lain, hanya saja, kemampuannya berbeda. Mereka mampu, hanya saja, perlu cara yang berbeda.

Jadi, saya pikir, penggantian nama seperti ini di Indonesia sepertinya tidak akan bisa memberi perubahan berarti pada cara pandang masyarakat (terutama masyarakat yang kurang ngerti bahasa Inggris). Karena walaupun dikenalkan dengan kata ‘penyandang disabilitas’ atau ‘difabel’, ujung-ujungnya dalam otak masyarakat masih saja menganggap mereka adalah penyandang cacat. Dan dalam otak mereka, masih saja tercipta pandangan bahwa penyandang cacat berarti orang yang tercipta tidak sempurna, yang berarti orang ini dikesampingkan saja, atau jika kasihan, berarti orang yang perlu dikasihani aja.

Pada akhirnya, untuk mengubah persepsi masyarakat, yang perlu dilakukan ya seminar-seminar. Atau kalau ingin lebih baik ya buatlah masyarakat supaya ngerti bahasa Inggris. Popularitas kata ‘penyandang disabilitas’ dan ‘difabel’ tidak akan serta merta membuat masyarakat mengubah cara pandang mereka.

Ada istilah ‘berkebutuhan khusus’. Sepertinya ini lebih masuk buat masyarakat Indonesia saat ini. Tapi istilah ini saat ini populer hanya untuk anak-anak, ya.. Anak Berkebutuhan Khusus. Tidak pernah dengar ‘Orang Dewasa berkebutuhan Khusus’… Atau cuma saya saja yang tidak pernah dengar ya… memang saya masih kuper sih…he he..

Pada akhirnya, saya kira ada hal yang semua orang perlu tanamkan. Bahwa orang-orang dengan ‘disabilitas’, atau ‘difabel’, atau penyandang cacat, atau berkebutuhan khusus, atau apapunlah namanya…mereka semua ini BUKANLAH produk gagal. Mereka adalah ciptaan Tuhan. Ciptaan Tuhan adalah sempurna. Mereka sempurna, apapun keadaannya. Tuhan tidak mungkin menciptakan sesuatu dengan kesia-siaan. Setiap ciptaan pasti mempunyai tujuan masing-masing.

Dan jika kita merasa sebagai orang ‘normal’, cobalah berkaca lagi pada diri sendiri. Apa benar kita sendiri manusia yang penuh kesempurnaan? Apa benar di mata Tuhan kita ini sempurna tanpa cacat? Apa dengan keadaan kita saat ini, kita cenderung lebih tidak berdosa dari mereka?

Sombong sekali kalau kita merasa bahwa diri kita ini lebih dari mereka… sehingga berhak mengenyampingkan mereka, tidak mempedulikan mereka, bahkan membuang mereka. Apa di mata Tuhan kita ini memang lebih baik dari mereka? Belum tentu kan?

Walaupun kita merasa sangat-sangat ‘normal’, apakah patut menganggap orang lain, apapun keadaannya, sebagai orang yang patut dikesampingkan?

Jadi, itulah yang sebenarnya perlu ditanamkan. Bahwa setiap orang adalah sama. Setiap orang adalah ciptaan Tuhan. Setiap orang berharga. Apapun keadaannya.

30
Mei
14

TAMBAHAN “KAMI ORANG PENDIAM”.

(Tulisan ini lanjutan dari tulisan sebelumnya :

Kami Orang Pendiam

.Dulu ditulis: September 2011 – Tulisan ditambah pada: April 2014)

Awal alasan saya menulis ini sebenarnya bukan untuk orang-orang yang (merasa) pendiam saja, melainkan lebih untuk orang lain yang tidak (merasa) pendiam. Gimana ya, saya dengar ada riset yang mengatakan, bahwa seringkali dalam survey, akan ditemukan lebih banyak orang yang mengaku pendiam padahal sebenarnya ia tidak pendiam…hehe..tapi lupa ini detilnya bagaimana.

Bagaimanapun, saya menulis ini awalnya adalah karena peristiwa ini: ada seorang remaja yang sangat pendiam, lalu saya memaksanya untuk bergabung dengan kelompok saya. Saat itu saya hanya mengatakan padanya, “ayo bergabung saja, sini loh”, dan lain-lain, dan ketika saya melihatnya berkeringat dingin, saya malah lebih ‘memprovokasi’ dia tanpa menghargai keadaan dia. Akhirnya saya gagal mengajak dia untuk bergabung, dia makin tidak nyaman, dan saya sendiri akhirnya menyesal. Sangat menyesal.

Kemudian saya juga telah melihat seorang anak lain yang pendiam, tapi dipaksa oleh orang tuanya untuk berani bermain dengan anak-anak lain, tapi karena ia tidak bisa berinteraksi dan akhirnya diabaikan oleh anak-anak lain, orang tuanya tersebut malah memarahinya! Ouch..

Saya juga pernah menyaksikan sendiri bagaimana seorang anak menangis, karena awalnya ia saat itu ketika diajak berbicara oleh gurunya, ia bicara begitu pelan dan pemalu, dan ketika teman-temannya berbicara ama dia, dia hanya menunduk dan kadang senyum. Hal ini membuat teman-temannya tersebut menganggap dia sombong dan akhirnya tidak ada yang mau mengajaknya bermain. Ia hanya menangis di pojok ruangan…ufff…

Dari kejadian-kejadian tersebut, saya teringat dengan keadaan saya sendiri di waktu lalu, bahwa saya sendiri merasa juga pendiam dulu. Dari SD hingga SMA, berdiri di depan kelas saja sudah berkeringat dan salah tingkah. Saya ingat waktu SD dulu, waktu pindah sekolah ke SD baru, selama beberapa bulan tidak berteman dengan siapa-siapa. Selalu sendiri selama beberapa bulan (saya lupa, mungkin sekitar 2 atau 3 bulan, setiap istirahat sekolah, saya hanya duduk jongkok di depan kelas sementara yang lain bermain-main di halaman sekolah), tidak pernah ada usaha untuk berteman dengan yang lain, menarik diri, sampai ada seorang teman yang mengajak saya bermain hanya berdua, dan dari situ menjadi kenal dengan yang lainnya lagi, dan yang lainnya lagi..sampai akhirnya bisa berbaur dengan teman-teman di kelas (ini mungkin bisa jadi satu cara untuk mendekati seorang pendiam. Majunya satu-satu, satu orang mendekati, lalu setelah berhasil, dua orang, lalu tiga orang, dan seterusnya. Ini berhasil padaku dulu, he he )

Sudah lulus SMA, kehidupan makin sulit, sulit untuk berbaur dengan orang baru. Berinteraksi dan berkomunikasi sangat susah. Perasaan tidak nyaman, membuat saya lebih senang sendirian daripada bersama orang lain. Jadi, saya mengalami sendiri susahnya jadi orang pendiam, tapi setelah saya berubah menjadi tidak pendiam lagi, ternyata saya telah memperlalukan orang pendiam dengan kurang tepat. Saya menyesal.

Jadi itulah alasan saya menulis ini, sebenarnya lebih ditujukan bukan untuk orang pendiam. Melainkan untuk orang lain yang menemukan seorang pendiam di sekitarnya. Jika diperhatikan lagi, poin tulisan saya di atas sebenarnya “kalau menemukan orang pendiam, hal yang mesti dilakukan adalah: tanpa menyebutnya sebagai pendiam dan melabeli dia macam-macam, seringlah mengajak orang pendiam tsb bersenang-senang. Dan ingat, semua butuh proses. Ada yang prosesnya cepat, ada yang prosesnya lebih lambat. Jadi jangan terlalu dipaksa. Kalau kita sering mengajaknya bersenang-senang, suatu saat ia pasti akan cair.” Sebenarnya itu saja.

Tapi sedikit berbeda dengan tujuan saya menulis, yang memberi respon ternyata kebanyakan orang pendiam sendiri yah.. ha ha 😀 Ya, tidak masalah. Saya senang ternyata ada banyak orang yang merespon tulisan saya. Saya berterima-kasih pada semuanya yang telah memberi komentar. Mohon maaf jika saya telah kurang baik dalam merespon komentar-komentar tersebut..mohon maaf atas kekurangan saya..

Ada pendapat di salah satu komentar, bahwa ‘pendiam hanyalah masalah cara berpikir’. Lalu ada yang bertanya, ‘pendiam, apakah karena faktor keturunan? atau genetik?’ Terus terang saya tidak tahu. Jika ada hasil riset tentang hal ini, tolong di share ke saya ya.

Bagaimanapun menurut pendapat saya saat ini, yang saya mengerti adalah bahwa manusia mempunyai berbagai macam tipe kepribadian. Dan dari berbagai macam kepribadian tersebut, tentu saja mereka mempunya perbedaan cara berpikir. Saya menganalogikan-nya seperti ini, beberapa orang ada yang tipe ES, yang lain ada yang tipe API. Lalu ada banyak tipe-tipe lain yang berada di antara tipe ES dan API.

Orang yang berada di tipe ES, dia sangat pendiam, beku, seperti ES. Sedangkan yang berada di tipe API, dia sangat supel, layaknya mempunyai energi yang membuat dia bergerak dan merambat seperti API yang bisa membakar sekitarnya. Orang bertipe ES lebih suka dan lebih nyaman menyendiri, sedangkan orang yang bertipe API, lebih senang berada bersama orang-orang lain. Dan diantaranya, ada banyak juga tipe-tipe lain yang berada di antara ES dan api. Itu pendapat saya.

Entah apa sebabnya sehingga ada perbedaan tersebut, apakah genetika, apakah lingkungan, ataukah hanya masalah cara berpikir, saya tidak tahu. Yang jelas, kenyataannya ada berbagai macam tipe, dan yang menurut saya lebih penting adalah bagaimana mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing tipe tersebut. Kebetulan pada saat ini yang dibahas adalah permasalah bagi tipe ES (atau yang mendekati ES). Bagaimana cara mengatasinya, itu yang menurut saya lebih menarik.

Bagaimana mengatasi supaya bisa bergaul dengan yang lain? Supaya seperti yang lain? Supaya tidak minder? Supaya makin percaya diri? Untuk bisa seperti orang lain dalam arti dari manusia bertipe es menjadi bertipe api, kayaknya susah. Tapi bagaimana mengatasi permasalahan menjadi manusia bertipe ES? Ini akan saya tulis tips-tips versi saya (hehe..ngasih versi sendiri). Saya tidak menganggap bahwa diri saya ini percaya diri seratus persen, atau gampang bergaul, atau sekarang telah menjadi tipe API sejati. Tidak sama sekali. Jujur saya masih kesulitan dalam beberapa hal berkaitan dengan interaksi dan komunikasi. Saya lebih nyaman sendiri daripada berkumpul dengan orang-orang. Tapi saya berharap ini bisa membantu bagi yang membutuhkan tips-tips untuk mengatasi permasalahannya. Mudah-mudahan tips dari orang yang gak penting ini bisa diterima, dan mungkin bisa memunculkan tips2 lain yang lebih jitu.

Tapi sebelumnya, saya akan meneruskan kisah saya di atas, supaya ada pemahaman menyeluruh kenapa akhirnya saya mempunyai cara pandang seperti ini.

Dulu, saya beruntung punya seorang kenalan, yang akhirnya mengajak saya untuk ikut pelatihan presentasi. Di pelatihan tersebut, walaupun hanya beberapa pertemuan, tapi bagi saya seperti di neraka. Bayangkan, disuruh presentasi di depan kelas, apalagi bertemu dengan anggota pelatihan yang lain, yang ternyata tidak semua menyukai saya. Saya telah diketawai dengan cara yang benar-benar tidak mengenakkan, bahkan di depan orang-orang lain. Tapi saya hanya diam. Dan setiap pulang saya merasa lega bisa sendiri lagi.

Benar-benar seperti di neraka, tapi mengapa saya bilang saya beruntung? Iya, karena setelah itu saya juga mendapat pandangan baru. Pelatih di pelatihan tersebut mendatangi dan berbicara dengan saya secara pribadi, sesaat setelah saya selesai presentasi dan diketawai oleh banyak orang karena suara gemetar saya saat presentasi, karena kesalahan berbicara, ditambah melakukan kesalahan yang berulang-ulang saat presentasi (waktu itu belum ada komputer dan powerpoint, jadi lebih mudah melakukan kesalahan daripada jika memakai komputer. Tahu kan alat OHP? Jika salah menaruh plastik, tulisan yang tampak akan terbalik-balik) …Begitu memalukan..dan saya diketawain banyak peserta pelatihan…bahkan beberapa peserta yang dari awal melihat sinis kepada saya (beberapa dari peserta pelatihan sudah kenal saya sebelumnya) tertawa dengan cara yang jelas-jelas mengejek saya.

Saat itu saya benar-benar tertunduk, harga diri jatuh, tak bisa berbuat apa-apa..dan ingin…ah..tak tahulah…yang jelas pelatih pelatihan tersebut setelah itu bicara secara pribadi pada saya. Beliau menguatkan saya. Terus terang saya lupa bagaimana tepatnya beliau berkata, tapi yang saya masih ingat walau sedikit dari perkataan pelatih pelatihan tersebut kepada saya adalah… ‘tidak apa-apa…’.

Jadi, ini tips PERTAMA versi saya. Ini kata sederhana, tapi penting. “Tidak apa-apa..”. Teman-teman, tidak apa-apa menjadi orang bertipe ES. Tenang saja…Jangan hukum diri kalian, jangan merasa bersalah, jangan menganggap diri kita tidak beruntung. Jangan anggap diri kita tidak berharga. Jangan menganggap diri kita kurang ini kurang itu. Terimalah diri kita apa adanya, memang kita tidak sempurna, dan memangnya di dunia ini apakah ada orang yang sempurna? Tidak ada! Semua orang tidak sempurna, semuanya mempunyai kelemahan masing-masing. Semua orang tidak sempurna, termasuk diri kita sendiri. Jadi terima saja dulu. Tidak apa-apa kok!

Tapi ingat, di balik ketidaksempurnaan kita, kita pasti mempunyai kelebihan kok…yakin lah..ada loh buku-buku yang mengulas kehebatan orang introvert. Tapi sayangnya sejauh ini yang kutemukan cuma buku berbahasa Inggris.

Orang lain ‘menghukum’ kita?
Sekali lagi ‘tenang’, tidak apa-apa kok. Kalau orang lain ‘menghukum’ kita, itu urusan mereka, abaikan saja. Yang penting jangan sampai kita menghukum diri kita sendiri hanya karena orang lain. Sekali lagi, ‘tidak apa-apa kok..’.
Selalu katakan ini kepada diri kita sendiri, jika kita (terpaksa maupun tidak terpaksa) harus berhadapan dengan orang lain, atau harus berada di antara orang-orang lain, dan kita merasa tidak nyaman, katakan: ‘tidak apa-apa’. Tetaplah berusaha tenang. Jika dalam pikiran ada rasa kawatir, katakan, ‘tidak apa-apa kok’. Jika merasa takut nanti dilihatin orang, katakan, ‘tidak apa-apa’. Jangan fokus pada hal yang membuatmu tidak nyaman. Tanyakan ke diri sendiri, kenapa ini tidak nyaman? Oh, mungkin karena ini atau itu..oh..tidak apa-apa kok. Atau mungkin kita tidak tahu kenapa kok merasa tidak nyaman..ya udah..tidak apa-apa kok. Lebih baik fokuskan diri pada hal yang bisa membuat nyaman…kalau saya, jika harus berada di pertemuan keluarga (yang menurut saya menyebalkan tapi saya harus tetap menghadirinya), saya akan fokus pada makanan apa yang tersedia di situ, ada yang enak gak ya..ah..ada..ayo kita ambil, dan nikmati aja makanan yang ada..asal gak mengganggu, tetap sopan, atau gak ‘nyenggol’ orang lain..tidak apa-apa kok… Intinya, alihkan dari pikiran-pikiran tidak nyaman..selalu bilang..’tidak apa-apa kok..’

Saya akan lanjutkan kisah saya…
Setelah saya selesai mengikuti pelatihan presentasi, saya berusaha untuk mengikuti kursus bahasa Inggris, saya mencari yang penekanan utama dari kursus tersebut adalah ‘conversation’. Ini saya lakukan berdasarkan saran dari pelatih presentasi tersebut yang mengatakan bahwa bahasa Inggris itu sangat penting. Saya kira tak perlu dijelaskan panjang lebar kenapa bahasa Inggris itu penting, pasti semua sudah tahu. Tapi lama-lama akhirnya saya menemukan, ketika kita belajar ‘conversation’, di situ kita tidak hanya belajar bahasa Inggris, tapi juga belajar berkomunikasi! Coba pikirkan, apakah akan ada hukuman ketika saat belajar ‘conversation’, kita tak bisa berkata apa-apa, bicara terbata-bata, terus gak tau mau ngomong apa? Tidak ada! Semua orang memakluminya. Kan kita sedang belajar.. Ha ha ha..Jadi yang tidak pendiam pun akan kesulitan berbicara karena masih belajar bahasa Inggris. Sama dengan yang pendiam toh? (tidak sama banget sih, tapi ya ada kesamaannya lah..he he he). Tapi kita mesti tetap ngomong walaupun salah-salah kan? Kita dibimbing oleh pengajar bahasa Inggrisnya, sehingga kita pelan-pelan bisa memperbaiki cara bicara kita. Di situlah kita bisa mengalami proses. Proses untuk keluar dari kondisi ES yang tidak nyaman, bisa dilakukan di sini.

Kebetulan di kursus bahasa Inggris yang saya ikuti tersebut, ada klub bahasa Inggris juga. Saya beranikan diri untuk mengikuti klub tersebut. Ternyata ini lebih baik lagi untuk membantu saya lebih bertumbuh, untuk bisa keluar dari kondisi ES saya. Karena saya menemukan teman-teman yang sangat ‘fun’ (‘menyenangkan’), sangat non-formal (kayaknya orang pendiam gak senang hal-hal yang formal-formal ya, atau hanya aku saja?), yang memberi kita kesempatan untuk ngomong apapun walaupun salah, yang memberi kita kesempatan untuk berkomunikasi dengan yang lain, membicarakan hal-hal yang bahkan gak penting untuk dibicarakan (karena yang penting kan melatih bahasa Inggris)…tapi tak masalah, karena saya yakin, ini yang membuat lebih mudah untuk berproses supaya keluar dari kondisi ES yang tidak nyaman.. yah, dengan latihan berkomunikasi dengan orang lain.
Bahkan di klub ini ada kesempatan bagi saya untuk ‘presentasi’ dalam bahasa Inggris. Tidak apa-apa salah, semua memakluminya. Saya masih ingat, waktu itu ulang tahun klub bahasa Inggris, dan kami mengadakan pesta ulang tahun. Lalu saya beranikan diri, menawarkan diri saya sendiri untuk memberikan semacam kata sambutan. Dan ketika saya berbicara, beberapa detik kemudian akhirnya banyak dari mereka yang tidak mendengarkan. Semua pada ngomong sendiri-sendiri. Saya tahu, pidato saya kurang menarik. Tapi masa bodoh, saya teruskan saja. Saya bilang pada diri sendiri, “tidak apa-apa”. Saya tahu bahwa ini cara saya untuk melatih diri saya sendiri. Jadi yang penting saya melatih diri. Tidak masalah kalau sekarang tidak didengarkan. Pokoknya saya tahu bahwa saya dikasih waktu tidak lebih dari 7 menit. Setelah 7 menit, saya memberi salam penutup. Dan apa yang terjadi. Setelah itu pemimpin klub berkata, “Wow very good, give applause!!!” Dan semua pada bertepuk tangan dengan meriah… Horee…semua bertepuk tangan ke saya…it feels amazing right?! Ha ha ha…Walaupun mungkin mereka bertepuk tangan karena merasa lega dengan selesainya sambutan yang kurang menarik dari saya..ha ha ha!
Yang jelas, akhirnya makin lama berada di klub bahasa Inggris, kepercayaan diri saya makin bertambah..saya tidak mengatakan ini berlangsung dengan cepat. Saya membutuhkan waktu beberapa tahun kok.. Di dalam klub ini, ketidaksempurnaan benar-benar ditolerir. Tidak masalah kamu salah-salah, yang penting bukan salah atau benar, tapi kita tetap berusaha belajar dan belajar.

Jadi, ini tips yang KEDUA, “MULAILAH BERPROSES”. Kita harus selalu ingat akan hal ini…tidak apa-apa diri kita sekarang kurang sempurna, benar-benar tidak apa-apa..yang penting adalah kita sedang berproses untuk memperbaikinya. Yang penting kita sedang berproses untuk menjadi lebih baik versi kita sendiri. Dengan selalu mengaku bahwa diri kita sedang berproses, itu lebih baik di mata orang lain, orang lain akan menganggap bahwa kita sedang belajar, sehingga memaklumi kekurangan kita. Kita pun mesti memaklumi kekurangan diri sendiri.

Sudah tahu apa arti ‘Spotlight Effect’?

Spotlight Effect itu kurang lebih seperti ini: kita akan lebih memikirkan bagaimana orang lain memandang atau memikirkan kesalahan kita saat kita bertindak atau berkata, padahal orang lain tidak begitu memperhatikannya. Atau lebih singkatnya, Spotlight Effect adalah ‘kecenderungan utk melebih-lebihkan penilaian org lain thdp perilaku/penampilan diri sendiri.’

Tidak hanya untuk orang pendiam, bahkan orang-orang yang sebenarnya tidak pendiam pun, jika dikomentari oleh orang-orang, akan merasa risih bahkan hilang kepercayaan diri. Tapi selalu ingatlah, bahwa bisa jadi mereka tidak berpikiran seperti itu. Bisa jadi itu adalah akibat dari spotlight effect saja, yaitu kita yang melebih-lebihkan penilaian orang lain saja..

Jadi, kalau ada pikiran..wah, jangan-jangan mereka berpikir saya orangnya pendiam…atau..wah, jangan-jangan mereka berpikir saya orangnya pemalu..atau..wah, jangan-jangan mereka berpikir saya kurang ini atau kurang itu..semua pikiran ini membuat diri kita jadi makin menyusut dan ingin melarikan diri. Ingatlah selalu, bahwa itu semua adalah ‘spotlight effect’. Itu adalah pikiran kita sendiri. Orang-orang tidak berpikiran seperti itu kok. Bahkan, sebenarnya orang-orang disekitar kita itu mendukung kita, cuman seringkali tidak tahu cara yang tepat untuk mendukung kita, sehingga salah dalam bertindak. Jadi lebih baik berpikiran yang positif saja. Ini tips yang ketiga, “tidak berpikiran buruk akan pendapat orang-orang terhadap diri kita”, sebaliknya, BERPIKIR POSITIF SAJA, dan INGAT AKAN SPOTLIGHT EFFECT.”

Apalagi jika saat sedang bersama suatu kelompok, kita yang cuma diam terus dibilangin “kamu kok pendiam seh?”, atau “Kamu ini diam melulu”, atau “Jangan diam aja dong! Ngomong dong!”, apalagi sampai ada yang bilang, “Lu punya mulut kagak? Diam aja dari tadi!” (Kasar banget yah, he he he.. )

Kalau menemui situasi seperti di atas, ada kecenderungan kita akan ‘makin menyusut’ atau malah ‘menyerang balik’. Ini yang harus dihindari. Lebih baik ikuti tips2 dari web ini: http://www.succeedsocially.com/youresoquiet

Kurang lebih web di atas isinya seperti ini: bilang aja dengan kata-kata seperti di bawah ini (Ingat, jangan ada nada menyerang atau kehilangan percaya diri):

“Yak, memang” (sambil senyum)
“Aku tadi mendengarkan kok, menarik tampaknya” (sambil senyum manis, dan menunjukkan keantusiasan mendengarkan)
“Aduh, aku gak begitu ngerti topiknya nih, jadi ndengerin aja sekarang”
” Yaaa…. (Gak bilang apa-apa, hanya menaikkan pundak atau mengangguk)”
“Gak ada apa-apa kok/tenang saja” (kalau mereka nanya apakah kita sakit atau ada yang salah).
“Ha ha ha, jangan kawatir, tidak semua orang harus ngomong terus sepanjang waktu kan?”

Jadi ini tips keempat, jika kita berada dalam situasi berada dalam sebuah grup, lalu ada orang yang berkomentar bahwa kita diam, BERIKAN RESPON YANG TIDAK MENYERANG ORANG LAIN, ATAU MENGHILANGKAN KEPERCAYAAN DIRI KITA SENDIRI. Perlu diingat, inti dari cara ini adalah tidak melekatkan pernyataan mereka tentang diri kita, tapi secara halus membuat mereka beralih, tidak lagi membicarakan tentang diri kita.

Tips kelima adalah, ingatlah bahwa KITA BUTUH WAKTU. Adalah hal yang normal, ketika harus bertemu dengan orang-orang baru, kita jadi pendiam. Bahkan yang biasanya bertipe api pun akan jadi pendiam. Apalagi yang memang pada dasarnya bertipe es, atau pemalu. Jadi, kalau kita gak bisa ngomong, ya udah senyum saja. Beri respon sewajarnya seperti ‘hmmm..’ atau ‘oooh’ ketika mereka berbicara. Atau beri pertanyaan. Itu lebih baik. Menunjukkan bahwa mereka dihargai saat ngomong.

Demikian tips-tips dari saya. Oh ya, untuk diingat. Tips-tips tersebut bukan membuat orang yang bertipe es menjadi bertipe api. Ini hanya untuk membuat diri kita sebagai orang bertipe es menjadi lebih nyaman aja ketika harus bersosialisasi. Tidak apa-apa menjadi orang bertipe es, ingat tips pertama. Bahkan banyak yang bilang, orang introvert itu mempunyai kelebihan yang orang ekstrovert tidak punya.

Demikian. Jika mungkin ada yang kurang, silakan diberi komentar, atau tambahan.

Jika belum puas, ada tips-tips selanjutnya, di web ini nih, semoga bisa jadi tambahan yang baik buat kita: http://www.streetdirectory.com/travel_guide/33227/self_improvement_and_motivation/conversation_tips_for_shy_people.html

Untuk mengenal lebih tahu tentang orang bertipe es (introvert), bisa baca di sini:

http://avorodisa.hubpages.com/hub/How-to-Handle-Introversion-in-the-World-of-Extraverts

Tulisan ini lanjutan dari tulisan sebelumnya:

Kami Orang Pendiam

15
Apr
14

Cinta yang Tak Berbalas – Bagaimana Mengatasi Patah Hati Karena Cinta Tak Berbalas (1)

Akupun pernah mengalaminya. Aku begitu menyukainya, tapi ia tidak menyukaiku. Atau aku tidak menyukainya, tapi ia suka banget sama aku.

Hm..tapi untung belum pernah mengalami yang ini:
Aku menyukainya, dia pura-pura menyukaiku, terus akhirnya dia mengkhianatiku..ach..betapa malangnya kalau benar terjadi…

Tapi teman-teman..kata orang, lebih banyak alasan untuk kita tersenyum, daripada alasan untuk kita bersedih, jadi kenapa kita isi hidup kita dengan kesedihan? Yah..tapi kan..terkadang tidak semudah itu..Yah..ngerti kok, aku juga pernah mengalaminya…

Karena itulah, setelah aku ‘berkonsultasi’ kepada beberapa teman untuk mengatasi sakit hati, setelah aku browsing-browsing ke sana kemari, aku menemukan tulisan-tulisan, yang rasanya ingin kutulis kembali dalam bahasa Indonesia. Yaitu cara-cara supaya bisa ‘move-on’ dan sembuh dari patah hati…

Sebenarnya banyak tulisan-tulisan lain yang sudah mengemukakan tentang ini, tapi rasanya yang ini pengen kuhimpun, kuterjemahkan dan kutulis lagi..yah..mungkin bisa memberikan pandangan yang berbeda, dan bisa lebih memantapkan diri kita untuk tidak terus melihat masa lalu yang kelabu, melainkan lebih melihat masa depan yang lebih cemerlang di depan..hahaayy.. 😀

Bagian Pertama:
Mengatasi Rasa Sakit karena Cinta yang Tak Berbalas :
* sumber-sumber:
http://www.uncommonhelp.me/articles/how-to-handle-the-pain-of-unrequited-love/)

http://www.ehow.com/how_2054274_deal-unrequited-lovedeal-unrequited-love.html
http://us.life.viva.co.id/news/read/495957-7-cara-jitu-melupakan-pria-yang-tak-bisa-dimiliki?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook

1) Terimalah kenyataan, bahwa ia tidak menyukaimu!

Setelah orang yang kamu suka telah mengatakan,
“Maaf, aku tidak siap.”
“Maaf, aku tidak bisa.”
“Maaf, aku tidak mau”.
“Maaf, aku tidak menyukaimu.”
“Kita teman saja ya”.
“Sori, aku tidak bisa membalas perasaanmu..”
..atau lain-lain yang sejenisnya..peka lah, bahwa ia benar-benar tidak bisa membalas cintamu. Ia
tidak menyukaimu. Ini kenyataan.

Seringkali kita berpikir..”seandainya saja aku dapat membuatnya melihat ketulusanku…” atau “sedikit lagi, mungkin kalau aku bisa berbicara dengannya..ia akan mulai menyukaiku…” atau “seandainya dia memberi ku kesempatan untuk sekedar jalan bersamanya beberapa waktu…”
yah…semacam itulah.. sadarlah..itu semua hanya ilusi. Kalau ia tidak menyukaimu, ya udah. Berhenti mengharapkan dia. CARI CARA LAIN buat mendekati seseorang YANG LAIN.

Sering kita termakan sama cerita fiksi dan fantasi, apalagi di drama-drama Korea yang pernah kulihat, tentang seseorang gadis yang berjuang untuk mendapatkan seorang yang paling populer di kelas…sadarlah, jangan terpengaruh, itu semua hanya fantasi! Kenyataan tidaklah seperti itu.

Aku sendiri juga pernah mengalami jatuh cinta sama seseorang, ia telah bilang “maaf, aku tidak siap”, aku tahu ia menolakku, tapi kupaksakan untuk terus mendekat ke dia. Karena kupikir masih ada harapan. Nyatanya, setelah makin lama berusaha untuk mendekat ke dia, malah membuat dia makin menjauh. Akhirnya ada seorang teman yang berkata..kalau kamu terlihat ‘ngarep’, itu sangat tidak sexy, bahkan sikap itu bisa sangat
memuakkan (kesimpulannya: jangan pernah terlihat terlalu ‘ngarep’ sama seseorang).
Pantesan dia makin menjauh. Temanku itu benar. Kalau kamu sudah ditolak, ya udah jangan diteruskan, cari yang lain! Jangan terperangkap dengan ilusi dan fantasi yang kita buat sendiri. Masih banyak cewek cakep atau cowok menarik lain di sekitar kita.

Pernah juga terjadi, aku pernah menyatakan cinta ke seseorang, tapi tidak dibalas…telpon gak diangkat, sms gak dibalas, ditemui di rumahnya gak pernah ada, atau mungkin sembunyi di mana…lama dia seperti itu…dia makin menjauh. Aku bilang aku hanya ingin jawaban apapun itu..tapi ia tetap saja tidak membalas.

Setelah berkonsultasi dengan teman, yang juga perempuan, akhirnya kusadari, itu artinya ia sebenarnya masih ingin berteman denganku, ia bingung..ia tak bisa membalas perasaaanku, tapi ia juga tak mau putus pertemanan denganku, dan ia tak mau menyakitiku…barulah aku tahu, ia telah menolakku.

Jadi kalau kalian mendapat perlakuan seperti itu, ia diam dan tidak mengatakan apa-apa..sadarilah, itu artinya ia menolakmu. Terima kenyataan itu. Berhenti, jangan terus menyiksa diri dengan mengharapkan dia. Karena itu juga akan menyiksa dia. (Ada penelitian yang mengatakan kalau yang menolak itu merasakan sakit yang sama dengan yang ditolak, bahkan bisa lebih besar, ini akan dijelaskan di bagian kedua)

Ingatlah ini. Kadang-kadang, tahu kapan harus berhenti
adalah langkah pertama untuk menuju kesuksesan.

2) Ketahuilah (benar-benar mengetahui) Siapa yang Kamu Sukai

Jika kita menyukai seseorang, maka secara otomatis kita akan membentuk bayangan tentang orang tersebut, yang bisa jadi jauh berbeda dengan yang sebenarnya. Tidak masalah sih membentuk bayangan tentang seseorang, tapi akan menjadi masalah jika terlalu berlebihan, jika di kenyataan ternyata sangat berbeda.

Kamu menyukainya, atau menyukai fantasi diri sendiri terhadapnya? Kamu menyukai sosok orang itu, atau hanya menyukai proyeksi kreatif mu? Seringkali orang yang jatuh cinta akan merasa bahwa ia ‘benar-benar tahu’ orang tersebut, yang akhirnya membuat ia merasa mempunyai ikatan terhadap orang itu.

Jadi, jika cinta tak berbalasmu terasa memenuhi pikiranmu,
sadarilah

bahwa kamu sebenarnya tidak benar-benar tahu dia. Yang kamu sukai dari dia hanyalah bayangan dan fantasi yang kamu buat tentang dia.

3) Tetap lanjutkan hidupmu yang luas, dan bertumbuhlah.

Pikiran-pikiran bahwa, “tanpa dia, aku tiada berarti..”, “kalau bukan dia, aku tak mau yang lain!”, dan semacam itu..semua adalah pikiran racun. Seolah-olah hanya orang tersebut yang bisa mengatasi permasalahan pribadi kita. Seolah-olah dia yang paling sempurna buat kita.

Jika terus berpikir demikian, pada akhirnya, kita akan mengabaikan apa yang terpenting buat diri kita, yaitu kedekatan emosional yang sesungguhnya. Kita akan menghilangkan kesempatan untuk lebih dekat dengan orang lain, dengan teman-teman lain di sekitar kita. Selain itu, aktivitas-aktivitas rutin dan yang sebenarnya penting buat pertumbuhan kita, akhirnya terabaikan juga, karena yang kita inginkan cuma ‘dicintai orang itu’. Kita jadi tidak belajar. Kita jadi berhenti latihan sesuatu hal yang penting buat kita, seperti biasanya.

Jadi, pergilah keluar, berolah-raga, menonton film, menelpon teman lama, tetap lakukan hal-hal yang normalnya kamu lakukan walaupun rasanya tidak enak (mencuci, bersih-bersih, belajar) ..karena semua aktivitas-aktivitas ini akan memberikan tenaga buatmu untuk melampaui kesedihanmu.

Yang terpenting, kita semua masing-masing adalah ‘berharga’. Jadi kenapa ‘ke-berharga-an’ kita harus tergantung oleh hadirnya orang lain? Kenapa kita masih tetap termakan oleh racun-racun itu, dan membuat diri kita berhenti tumbuh, hanya untuk seseorang yang jelas-jelas tidak menginginkan kita? Apalagi jika orang itu jelas-jelas tidak sesuai dengan bayangan dan imajinasi kita..Bergeraklah, penuhi dan fokuskan diri dengan aktivitas-aktivitas lain yang lebih penting.

4) Pandanglah Masa Depan Dalam Berbagai Bentuk Yang Mungkin

‘Badai pasti berlalu’. Kata sebuah lagu. Memang benar, apapun itu, semuanya pasti akan berlalu. Seorang anak kecil, pernah merasa ‘jatuh cinta’ dengan sebuah bus mainan berwarna merah. Bus itu akan dibawanya kemana-mana, dan ia merasa, memang sebenarnya ia dan bus itu diciptakan untuk bersama. Itu lah yang terpikirkan, saat itu.

Tapi setelah ia besar, ia toh tidak lagi bermain dengan bus merah itu. Memang ini cuma ilustrasi, tapi kenyataannya itulah yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Jika kita merasakan ‘sesuatu’, kita berpkir bahwa rasa itu akan selamanya begitu. Padahal sebenarnya tidak. Setelah beberapa waktu ‘rasa’ itu akan berlalu.

Coba kita tanya sama orang-orang tua yang sudah lama menikah. Ketika mereka masih sama-sama muda dan saling mencintai, bahkan sangat mencintai….apakah ‘rasa saling mencintai’ itu akan otomatis terus bertahan lama? Sebenarnya tidak. Jika tidak ada dari mereka usaha untuk terus menumbuhkan ‘rasa cinta’ itu, maka ‘rasa’ itu akan hilang.

Sebaliknya, ada juga pasangan yang awalnya tidak ada ‘rasa’, tapi karena terus-menerus membina ‘rasa’, lama-lama rasa itu akan muncul dan bisa bertahan terus, jika memang mereka ingin mempertahankan.

Intinya, ‘rasa cinta’ itu sebenarnya adalah rasa yang sementara. Ia bisa terus bertahan, karena ada usaha untuk mempertahankannya. Sakit hati, kesedihan, itu juga sementara…Mulailah melepaskan rasa sedih dan sakit hati itu..
pelan-pelan ia pasti akan berlalu juga…

Ini juga berlaku untuk hal-hal lain…ketika kita dirundung masalah, seberat apapun itu…selalu ingat..bahwa ini pun suatu saat pasti akan berlalu..badai pasti berlalu…

5) Keluar dari Kubangan

Ketika kita jatuh cinta pada bayangan kita akan seseorang, maka kita akan cenderung untuk tenggelam dalam kubangan khayalan romantisme, puisi patah hati, lagu-lagu mellow yang dipenuhi hati yang tersakiti. Berlebihan dalam hal ini sebenarnya malah akan mengarahkan kita pada masalah yang lebih jauh. Jika kita sudah merasa tersiksa karena keinginan kita yang tak berbalas (atau tak tercapai), maka terus berada dalam kubangan itu justru akan lebih memperparah rasa sakit kita.

Ada penelitian, jika kita galau, dan terus berada dalam kegalauan, akan mengarahkan kita pada kondisi ‘depresi’. Ketika kita depresi, maka aktivitas ‘prefrontal cortex’ pada otak sebelah kiri kita akan turun secara drastis. Artinya, kita jadi tak bisa berpikir secara logis.

Untuk mengatasi hal itu, masih menurut penelitian tersebut, jika kita tak bisa melepaskan fokus kita kepada seseorang..sehingga makan tidak enak, minum tidak enak, tidur tidak enak..maka lakukanlah hal-hal yang berhubungan dengan logika. Lakukan perencanaan. Lakukan analisa. Belajar bahasa. Menjawab TTS. Pokoknya yang berhubungan dengan merangsang aktivitas otak kiri, dan lakukan hal-hal yang menarik, ini akan membuatmu menstabilkan suasana hati, serta membuatmu lebih obyektif dalam memandang hal-hal yang mengganggu.

Intinya sebenarnya adalah, lepaskan fokusmu ke dia. “Don’t feed the monster” (Jangan ngasih makan ke monstermu). Kalau sudah tahu merasa sakit hati karena cintamu gak dibalas, ya jangan terus menemui dia, kirim sms ke dia, ataupun selalu mencari informasi tentang dia, misalnya dengan ngintip facebooknya, masuk ke tempat-tempat yang biasanya dia ada, dan lain-lain. Anehnya, ini biasanya sering kita lakukan, walaupun sudah tahu ia menolak, tapi rasa suka dan bayang-bayang tentang dia yang tak bisa lepas membuat segala sesuatu tentang dia adalah hal paling menarik buat kita. Percayalah, aktivitas ini tidak akan membuat kita lebih baik.

Katakan pada diri sendiri, “Kenapa aku menginginkan seseorang yang tidak menginginkanku?” Padahal kita berhak untuk orang yang lebih baik. Betapa sia-sia usaha dan waktu kita, jika hanya difokuskan pada sesuatu yang tidak mungkin bisa kita miliki?

Hati-hati dengan ini. Jika mendapati dirimu selalu merasa ingin ‘menempel’ kepada seseorang yang tidak mau denganmu, bahkan tidak mau memandangmu, bahkan yang telah sering menyakitimu, bisa jadi itu adalah patologi dari pengalaman masa kecilmu. Perjuangan untuk mendapat kasih sayang dan perhatian dari seseorang tersebut, adalah sebagai ganti perjuangan untuk mendapat perhatian dan kasih sayang yang dulu tidak kamu dapat dari kedua orang tuamu. Kamu seolah-olah ‘membutuhkan’ orang tersebut, sebagai prasyarat untuk kebahagiaanmu dan hidupmu. Jika kamu sering mendapati hal ini, dan itu tak bisa kamu hentikan serta terus menyiksamu, lebih baik segeralah berkonsultasi ke profesional.

Atau, mulailah untuk ‘lebih’ mencintai dirimu sendiri.
Sadarilah bahwa kamu lah satu-satunya orang yang berhak untuk mendapatkan cintamu.
BERHENTI sejenak, lihat dirimu sendiri, dan tenanglah. Jika kamu mendapati diri masih berusaha untuk memenuhi diri dengan orang lain, atau hal-hal lain dari luar diri sendiri, ketahuilah bahwa itu hanya akan membuatmu lebih buruk. Kebahagiaanmu adalah tanggung jawabmu, dan itu harus dari dirimu sendiri. Kebahagiaanmu bukan tanggung jawab orang lain dan bukan bersumber dari orang lain. Merasa tidak dicintai karena orang lain adalah gejala rendah diri, yang akan menurunkan kekuatanmu.

Ambil kekuatanmu kembali. Tetaplah untuk menumbuhkan hati dan jiwamu. Jadilah dirimu sendiri. Akan ada orang lain di sana yang akan menyukai dirimu yang autentik. Dirimu yang benar-benar dirimu. Dirimu yang bergerak karena memang kamu ingin bergerak, bukan atas dasar orang lain. Yang tumbuh karena kamu sendiri memang berhak dan menginginkan untuk tumbuh, bukan untuk orang lain.

Jika kamu mencintai dirimu sendiri, kamu tak butuh orang lain sebagai sumber kebahagiaanmu. Kamu akan merasa bebas, dan itu akan mengundang orang lain yang lebih baik di saat yang tepat nanti. Tetaplah berjalan dalam kedamaian dan kebahagiaan.

6) Ingat!! Cintamu Tak Berbalas Bukan Berarti Ada Yang Salah Denganmu!!

Kita cenderung bertanya-tanya, kenapa ia tidak mencintaiku? Kenapa ia tidak melihat kesungguhanku? Kenapa begini..kenapa begitu? Apakah ada yang salah denganku? Apa yang salah? Setidaknya kasih tahu alasannya kenapa?

Sudahlah..berhenti saja menanyakan hal tersebut. Faktanya, kalau kita sudah menjadi orang yang paling baik, paling lucu, paling cemerlang..bukan berarti ia harus menyukaimu. Ia tidak menyukaimu, ya karena ia tidak menyukaimu. Terkadang ada alasan yang sulit untuk dijelaskan kenapa seseorang suka sama orang lain atau tidak. Menyuruh orang lain untuk menyukai kita sama dengan menyuruh ombak untuk berhenti. Menyuruh orang lain untuk memberikan sesuatu yang ia tidak punya, adalah sesuatu yang sia-sia. Beberapa orang memang tidak bisa menyukaimu seperti kamu menyukainya, dan itu bukan berarti ada yang salah denganmu.

7) Temukan Seseorang Yang Bisa Memberimu Apa Yang Kamu Butuhkan

Mencintai dan dicintai – perasaan emosional yang simetris seperti itulah yang benar-benar dibutuhkan oleh kita. Beberapa orang terjatuh pada pola ‘destruktif’ untuk mengharapkan orang yang sudah ‘tak bisa diharapkan’, baik karena orang tersebut sudah punya pasangan lain, atau karena orang tersebut memang tak bisa/mau melakukan hubungan dengan kita. Secara tidak sadar, ketika kita mengharapkan orang yang tidak bisa kita harapkansebagai prasyarat untuk terjadinya cinta…itu akan seperti berenang di gurun yang kering, tidak akan berhasil! Setidaknya, sadar dulu tentang hal ini, bahwa ini adalah hal yang akan merusak diri sendiri.

Fokuslah terhadap seseorang yang menyukaimu sebagaimana adanya. Jangan menyamakan antara intesitas perjuangan dengan intesitas cinta sejati. Kamu akan mengetahui saat kamu menemukan cinta yang asli, yang memang patut kamu perjuangkan, karena cinta yang asli itu akan mengalir dalam dua arah (saling mencintai).

Cinta yang asli akan membuatmu bahagia dan senang, bukan menderita dan cemas. Cinta tak berbalas hanya akan menjadi penderitaan. Bayangkan betapa indahnya jika menemukan seseorang yang tahu bagaimana mencintaimu sebagaimana kamu mencintainya.

Ingatlah, berhentilah mencintai seseorang yang tidak mencintai kita, lalu MOVE-ON. Itu tidak hanya akan membuat diri kita lebih baik, tapi juga orang lain yang kita cintai tersebut juga akan lebih baik. Penelitian mengungkapkan, bahwa seseorang yang menolak cinta merasakan ‘penderitaan’ yang sama, bahkan lebih, daripada seseorang yang ditolak cintanya. Jadi jika kamu sudah ditolak cintamu, ya sudah, jangan terus mengharapkan dia. Karena itu akan menyiksa dia juga.

Nah, bagaimana jika kita berada di posisi yang harus ‘menolak cinta’? Tulisan tentang ‘Cinta Tak Berbalas’ ini akan saya lanjutkan di bagian kedua…
———————————————————————–

24
Feb
14

Menghilangkan Sakit Hati dan Mulai Memaafkan

(Tulisan di bawah ini adalah terjemahan secara bebas dari artikel “A Funny But Helpful Analogy For People Who Have Been Hurt Deeply By Another” dan “”The Law of Attraction Really Begins with the Law of Subtraction”. Kedua artikel tersebut ditulis oleh Karen Salmansohn)

~~~~~

Ketika seseorang telah menyakitimu – begitu dalam ke dalam jiwamu – pasti ada keinginan untuk menutup dan membuang – menyerah dan putus asa – untuk merasa pahit, perih, benci, depresi, dan lain-lain. Jiwa terasa mati.

Jiwa-yang-mati ini adalah suatu kecenderungan yang mengingatkanku akan film horor klasik yaitu “Zombie”. Tahu kan, zombie yang tanpa kesadaran, tanpa jiwa, berkeliaran ke sana kemari – berjalan terutama di dalam kegelapan – menggigit habis orang-orang yang bahagia dan berjiwa? Satu gigitan – lalu tiba-tiba orang yang tergigit ini akan menjadi bagian di dalam perilaku zombie. Mereka merasa jiwanya telah mati. Mereka begitu kecanduan akan kegelapan. Mereka ingin menggigit yang lain. Mirip sekali, jika kau terkena gigitan Zombie emosional, kau akan tergoda untuk bergabung dalam kumpulan Zombie – dan mematikan jiwamu – mencari pikiran-pikiran kegelapan – menggigit yang lainnya lagi. Disini, kau juga akan tergoda untuk menggigit zombie yang telah menggigitmu!

Pada dasarnya, ketika kau tergigit oleh seorang zombie, kau akan merasakan keinginan untuk menjadi seperti – zombie. Tapi, kau harus bertahan! Kau harus tetap kuat! Kau harus

Bagaimana caranya?

Pertama, kau harus menghadap ke cahaya – yaitu dimana cinta, pemaafan, kedamaian, iman, sukacita, dan pertumbuhan, dapat ditemukan. Semua cahaya ini akan menjaga jiwamu supaya tidak berubah menjadi zombie yang tanpa kesadaran dan jiwa. Perilaku mirip zombie tidak akan bertahan di dalam cahaya! Perilaku mirip zombie akan berjuang di dalam kegelapan – dengan jiwa yang mati – tapi dengan ego yang terpuaskan – ego yang memberikan pikiran-pikiran bahwa kita berhak untuk merasa pahit, benci, dan depresi.

Apa salah satu sumber terbesar dari cahaya yang membuat jiwamu tetap hidup? Itu adalah ‘Cinta diri’

Dan apa sumber terbesar dari mencintai diri sendiri? Itu adalah ‘Memaafkan/Pemaafan’.

Dan memaafkan/pemaafan ini dapat dimulai dengan memaafkan diri sendiri karena telah digigit oleh zombie yang tak berjiwa. Bagaimanapun juga, kita harus maklum karena sebagian besar zombie yang telah menggigitmu tidak tampak seperti zombie. Seperti di film horor, seringkali zombie yang tak berjiwa ini lewat di depan seperti orang normal yang masih mempunyai jiwa.

Selanjutnya, kau harus memaafkan zombie yang telah menggigitmu!

Ingat, memaafkan zombie akan melepaskan racun-racun zombie dalam sistem tubuhmu. Memaafkan zombie akan membantumu untuk menyelamatkan jiwamu dari kematian. Memaafkan zombie akan menjagamu untuk tidak mulai kecanduan terhadap pikiran-pikiran kegelapan yang konstan.

Ya, memaafkan akan melepaskan racun zombie dari sistem tubuhmu. Memaafkan benar-benar tindakan mencintai diri sendiri!

Bagaimana cara yang baik untuk memaafkan zombie mu?

Ingatkan pada diri sendiri bahwa zombie yang menggigitmu kemungkinan dia menjadi zombie adalah karena juga digigit oleh zombie yang lain. Dan zombie yang lain itu, digigit oleh zombie, dan zombie itu digigit oleh zombie, dan seterusnya.

Kasihanlah kepada zombie-zombie ini. Karena mereka telah berjalan di muka bumi ini dengan menyedihkan, hidup dengan tanpa jiwa – tidak pernah benar-benar merasakan jiwa yang menari dan bersinar oleh cahaya cinta, pemaafan, kedamaian, iman, suka cita, dan pertumbuhan!

Jika kau baru-baru ini digigit oleh zombie, ambil waktu sejenak untuk bersumpah pada diri sendiri, bahwa kau akan menyelematkan planet ini dari pengambil-alihan dunia oleh zombie-zombie, dengan memastikan bahwa kau sendiri setidaknya tidak akan menjadi zombie. Berikan lagi napas kehidupan pada jiwamu. Tunjukkan jiwamu kepada ‘cinta’ dan biarkan cahaya cinta, rasa memaafkan, kedamaian, iman, suka cita, serta pertumbuhan, ke dalam jiwamu!

~ ~ ~ ~ ~ ~ ~

kenapa memaafkan masa lalu adalah magnet cinta seksi yang berguna untuk menarik lebih banyak cinta dan kegembiraan ke dalam masa depanmu?

Apakah kamu pernah ke Meksiko? Selama beberapa tahun saya ke sana, saya selalu saja mengalami sakit. Setiap saya kembali ke sana, saya berjanji kepada diri sendiri bahwa saya akan lebih pintar. Saya tidak hanya akan menghindari air, tapi juga kubus es. Dan tidak makan daging merah. Sayang sekali, karena saya tetap saja sakit. Setelah beberapa waktu, saya tidak mau pergi ke Meksiko lagi.

Dalam buku saya “Prince Harming Syndrome”, saya menerangkan bagaimana pengalaman lari dari hubungan cinta dapat menjadi sama dengan pengalaman lari dari Meksiko. Jika kamu tetap merasa buruk selama beberapa saat, akhirnya kamu tak mau mencintai lagi. Tapi, kamu harus mempunyai cinta dalam hidupmu, supaya bahagia! Bagi manusia, ini adalah hal yang alamiah secara biologis, begitulah kata filsuf Aristoteles. Dia mengatakan bahwa cinta adalah “hal internal yang esensial” di atas kepentingan-kepentingan tertinggi lainnya, bersama dengan pemahaman dan pengetahuan. Manusia secara alamiah, menurut Aristoteles, mencintai dan dicintai!

Walaupun, kita akui, setelah peristiwa putus cinta yang menyakitkan, konsep cinta dapat menjadi hal alamiah yang ke 2.456.841..

Saya akui bahwa setelah saya melihat mantan saya (saya beri nama prince harming, pangeran yg menyakiti) melakukan kecurangan, itu sangat menyakiti saya, saya cenderung untuk menjaga diri saya terlindungi secara emosional. Tapi sukurlah, putus cinta itu akhirnya mengarahkan saya kepada teroboson besar. Saya menyadari bahwa saya tidak seharusnya belajar untuk: “Saya tak akan pernah jatuh cinta lagi”, saya seharusnya belajar bahwa: “Saya tidak sepenuhnya mengerti apa cinta sejati itu”.

Terima kasih kepada mantan saya ini, saya memperoleh pemahaman lebih terhadap cinta, yang mengarahkan saya kepada tunangan saya, prince charming (saya beri nama Prince Charming, pangeran yang menarik) saya. Baru-baru ini, saya melihat kembali kepada mantan saya dengan penuh syukur. Sangat bersyukur, sehingga saya memberinya nama panggilan “guruku”. Bahkan saya telah mengganti namanya di telpon genggam dengan nama “guru”.

Pada titik ini, saya diyakinkah bahwa hampir semua pelajaran dalam hidup ini adalah pelajaran tentang cinta. Sebuah pelajaran yang besar yaitu: belajar mengirimkan pikiran-pikiran cinta kepada mantan, walaupun jika ia telah menyakitimu. Kamu harus dengan penuh kasih mengerti ia melakukan itu sebagai pertanda bahwa ia tak mempunyai kemampuan untuk mencintai dengan benar, karena hal tersebut terjadi pada kesadaran yang lebih rendah. Selanjutnya, kamu harus berdoa untuk mantan itu supaya mendapatkan pemahaman sehingga ia akan tumbuh dalam potensinya yang terbesar.

Ya! Jika anda ingin mendapat cinta yang lebih baik, sangatlah penting bagi anda untuk belajar cinta dengan pemaafan yg penuh kasih. Setelah hal itu bisa anda lakukan, sangatlah mudah mengirim pikiran-pikiran cinta kepada seseorang yang mencintaimu. Dan jika anda ingin terus ke arah hubungan cinta yang sehat, anda harus melepaskan emosi-emosi negatif masa lalu – semua vibrasi energi yang diciptakan oleh kemarahan, sakit hati, dan ketakutan. Anda harus melakukan ini demi beberapa alasan.

Mari saya mulai terangkan dengan membagi sebuah cerita tentang “Ular dan Kesalahan”. Suatu hari, ada seorang perempuan yang berkelana di sebuah gurun, dan digigit oleh ular berbisa. Ia Marah. Yang dapat dipikirkannya hanyalah marah, karena ular berbisa yang menggigitnya, dan ia juga marah kepada diri sendiri karena telah berkelana di gurun. Ia tak bisa tenang, tak bisa memaafkan ular, tak bisa memaafkan dirinya sendiri, lalu tak bisa melihat bahwa ia dapat memecahkan masalah-masalahnya tersebut untuk menyelamatkan hidupnya. Padahal caranya sederhan, hanya dengan menghisap racun itu dari lengannya, seperti yang pernah dipelajarinya bertahun-tahun sebelumnya… Ia pun tewas…Pelajaran yang bisa diambil? Memaafkan adalah obat mujarab untuk sesuatu yang menyakitimu.

Ini lucu. Kita sering merasionalisasi kemarahan kita sebagai dorongan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Padahal sering kali kemarahan malah menahan kita dari kemurnian mental yang penuh.

Aristoteles mengatakan hal ini dengan baik: “Kita mudah sekali tertipu oleh persepsi ketika kita dalam kondisi emosional…sehingga bahkan hal yang kecil dapat dianggap sebagai musuh…dan makin emosi kita, makin kecil hal yang diperlukan untuk menghasilkan efek tertipu ini.

Pada dasarnya, Letak untuk melepaskan kemarahan sehingga kamu dapat melihat dunia dengan lebih jelas adalah di dalam kondisi mental terbaikmu. Kemarahan tidak hanya tidak sehat untuk keadaan mental, namun juga untuk tubuh, menciptakan penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi. Peneliti-peneliti pada Universitas Ohio telah melaporkan bahwa orang-orang pemarah lebih lama sembuh dari luka (luka fisik).

Kemarahan juga telah menjadi akar dari banyak kecanduan, berkisar dari kecanduan obat-obatan, alkohol, makanan dan belanja. Pencandu-pecandu melakukan hal-hal buruk itu untuk mencegah rasa luka akibat rasa sakit hati masa lalu. Kemarahan mereka menjadi bumerang, membalik untuk memukul diri mereka sendiri dengan kecanduan.

Studi baru-baru ini di Universitas Wisconsin menunjukkan perbandingan “terapi memaafkan” versus terapi obat-obatan/alkohol. Ditunjukkan bahwa “Terapi Memaafkan” ternyata lebih mampu meringankan kemarahan yang ada di balik subtansi dari tindakan kesewenang-wenangan, dibandingkan dengan terapi obat-obatan/alkohol. Tidak hanya subjek-subjek penelitian menunjukkan hasil yang lebih cepat, namun juga mengurangi tindakan kejahatan.

Pada dasarnya, seperti halnya daya tarik seksual (orang dapat merasakan tapi tidak dapat melihat), ada pula daya tolak energi kemarahan (orang dapat merasakan tapi tak dapat melihatnya). Jika kamu berpikir tentang pikiran-pikiran kemarahan, kamu akan benar-benar memancarkan gelombang kemarahan yang secara intuitif akan dirasakan oleh orang lain, sama dengan kamu memancarkan anti-karisma.

Banyak fisikawan kuantum percaya bahwa gelombang marah dapat dirasakan dalam medan energi universal yang lebih luas, sehingga menarik keadaan-keadaan negatif. Seorang ahli fisika kuantum, Lynne McTaggert, menulis tentang studi yang ia saksikan, dimana seorang yang bahagia mengirimkan pikiran-pikiran cinta energetik kepada orang yang marah, yang kemudian dapat menenangkan temperamen orang yang marah tersebut.

10 teknik “Terapi Memaafkan”:

Hukum Daya Tarik (Law of Attraction) dimulai dengan Hukum Pengurangan (Law of Subtraction), Artinya? Jika kamu ingin menemukan cinta yang sehat, pertama kamu harus mau melepaskan sakit akibat masa lalu. Voila!

1. Katakan pada diri sendiri: “Aku tak dapat mengontrol apa yang terjadi diluar. Tapi aku dapat mengontrol apa yang terjadi di dalam. Aku memaafkan mantanku, dan aku memutuskan untuk mendapatkan pandangan-pandangan tentang bagaimana secara bijaksana menghindari situasi cinta seperti ini di kemudian hari.” Tentukan untuk membuat perpisahan ini sebagai petunjuk untuk terobosanmu.

Atau seperti yang suka saya katakan: “Terkadang kita mesti mencapai “Jan**k” untuk mendapat “Pasca Jan**k”, yaitu waktu yang menyemangati ketika kita menentukan untuk memutuskan pola-pola rasa sakit ini.

2. Tulis ulang nama mantanmu di hp dengan “guru”. Percayalah, kamu akan merasa lebih baik segera.

3. Tulis surat terima kasih kepadan mantanmu untuk semua yang telah kamu pelajari. Jangan dikirim. Simpan aja dekat2 untuk dibaca setiap saat kamu merasa tersandung untuk kembali pada pikiran-pikiran marah.

4. Katakan pada diri sendiri: ” Kami semua orang baik, jiwa2 mencintai yang terkadang tersesat.

5. Ingatkan pada diri sendiri saat diri kita dimaafkan. Jadilah orang yang pemurah. Maafkan mantanmu.

6. Ingatkan dirimu, jika kamu benci seseorang berarti kamu telah berikan kontrol kepada mereka untuk mengendalikan emosimu. Kamu tak mau memberikan hal itu kepada mantanmu kan?

7. Ingatkan dirimu, ketika kamu merespon benci dengan benci, kemarahan dengan kemarahan, kepahitan dengan kepahitan, ironinya kamu akan menjadi bagian dari masalah.

8. Jika kamu merasa stress tentang segala hal mengenai mantanmu, level suplemen “SAM-e” (sebuah zat di dalam tubuh) yang secara alami memproduksi molekul dalam tubuhmu akan menghilang karena stres, umur, dan diet.

9. Ingatkan dirimu bahwa ketika kamu melatih otakmu untuk memikirkan pikiran-pikiran mencintai, energi positifmu akan menarik lebih banyak orang-orang dan hasil-hasil positif. Plus, menjadi damai membuatmu lebih seksi, sehingga akan lebih banyak magnet cinta daripada magnet negatif.)

10. Ingat: Sukses dalam kehidupan cinta adalah balas dendam yang terbaik)

(*Diterjemahkan oleh Lou Dewanenonli dari artikel yang diadaptasi dari buku “Prince Harming Syndrome” karangan Karen Salmahnson)

21
Jan
13

Anda Mengasuh Anak Anda seperti Orang Tua Anda?

Apakah anda pernah mengalami kejadian dimana kata-kata keluar dari mulut anda, dan itu kedengarannya bukan seperti anda? Misalnya ketika anda membentak pasangan anda atau memarahi anak anda, anda menggnakan kata-kata yang tidak pernah anda ucapkan, atau anda menggunakan ancaman-ancaman yang tidak pernah anda temui sebelumnya. Setelah itu anda merasa bingung selama beberapa saat, dan bertanya-tanya, “Dari mana asal semua itu?”, kemudian anda terhenyak – anda terdengar seperti ibu atau ayah anda!

Untuk hal yang lebih baik atau lebih buruk, banyak sifat-sifat dari orang tua kita tinggal pada diri kita. Identifikasi positif terhadap hal-hal yang kita sukai pada orang tua kita, akan menolong kita untuk mengambil karakteristik yang kita hormati dan kagumi tersebut. Sayangnya, di sisi lain, sifat-sifat negatif dari orang tua kita, terutama yang menyebabkan kita sengsara, takut, dan frustasi, juga dapat berlama-lama tinggal di jiwa kita, dan mempengaruhi tingkah laku kita. Ini terutama terjadi saat kita stress, yang bagaimana-pun telah mengingatkan akan masa lalu kita serta mencoba untuk menonaktifkan pemicu lama dalam diri kita.

Seperti yang mungkin anda bayangkan, skenario-skenario yang mengingatkan masa kecil kita akan cenderung lebih meningkat ketika kita sendiri menjadi orang tua. Mungkin kita tidak terlalu ingat bagaimana ayah kita kita biasa membentak ke pengendara mobil lain saat menyetir, sampai anak kita sendiri mulai bertengkar di tempat duduk belakang. Mungkin kita tidak ingat bagaimana ibu kita merayu kita ketika kita menangis, sampai kita mendapati diri sendiri membuat komen sarkastik kepada anak kita saat anak kita tersebut rewel.

Berita baiknya adalah: dengan memperhatikan sifat-sifat ini dalam diri kita sendiri, lalu mengidentifikasi dari mana asal sifat-sifat itu, kemudian mengubah perilaku kita supaya cocok dengan standar atau prinsip-prinsip kita, maka kita dapat menjauhkan diri (melakukan “differentiation”) dari pemograman negatif di masa lalu tersebut. Kita dapat menjadi lebih seperti seorang tua yang kita inginkan, bukannya orang tua yang telah membesarkan kita.

Ada beberapa langkah-langkah penting pada proses “differentiation”.

Pertama, anda harus menjadi pengamat terhadap reaksi anda sendiri. Anda mesti mencoba menyadari interaksi antara anda dan anak-anak anda yang tampaknya keluar dari karakter anda, atau yang tidak merepresentasikan hal-hal yang anda inginkan. Apakah tingkah laku atau situasi tertentu memicu anda? Misalnya, apakah membantu anak anda mengerjakan PR menimbulkan frustasi dan kekesalan? Apakah rewelnya anak anda membuat anda kehilangan kontrol emosi? Pikirkan tentang kejadian dan skenario yang membawa anda pada interaksi negatif antara anda dan anak anda. Adakah pola?

Langkah kedua, termasuk menanyakan kepada diri sendiri pertanyaan ini, “Mungkinkah saya telah memproyeksikan karakteristik-karakteristik atau dinamika-dinamika dari masa kecil saya? Mungkinkah saya telah menghidupkan kembali atau melakukan kembali aspek-aspek dari masa kanak-kanak saya dengan anak-anak saya sekarang?” Mengetahui hal ini berarti menjadi sadar terhadap bagaimana kita diasuh oleh orang tua kita. Apakah orang tua anda tidak sabar dengan anda saat mereka membantu anda mengerjakan PR? Apakah mereka terlalu menekan, terlalu merasa puas sehingga tidak menyadari ada hal yang tidak baik, atau tidak mendukung? Apakah orang tua anda pernah kehilangan kendali, ketika anda sedang mengalami
kemarahan?

Selagi anda mulai untuk mengenang masa kecil anda, anda mungkin mulai melihat keuntungannya membuat suatu narasi tentang masa lalu anda. Bercerita, bahkan kepada diri sendiri, dapat menolong anda memahami tindakan-tindakan anda di saat sekarang, dan secara sadar menuntun anda untuk bertindak di masa depan.

Berefleksi dan menyusun cerita anda sendiri dapat menyakitkan. Kenangan-kenangan sedih bisa muncul lagi. Kenyataan bahwa orang tua kita hanyalah manusia yang tidak sempurna, dapat terasa berat untuk diterima. Kita mempunyai kecenderungan alami untuk melindungi orang tua kita. Kita bahkan secara tidak sadar ‘mengidentifikasi’ sikap kritis mereka terhadap kita dan sering menganggap pandangan meremehkan mereka terhadap kita sebagai pandangan diri kita sendiri. Orang tua yang menginternalisasi ke dalam diri kita ini adalah apa yang dinamakan ‘critical inner voice’. Kita merasa sangat terancam untuk terpisah dengan orang-orang yang pernah kita andalkan demi mendapat pengasuhan dan keamanan. Namun, dengan mempunyai rasa kasih sayang kepada diri kita saat anak-anak, kita dapat memperlebar perasaan ini kepada anak-anak kita sendiri. Kita dapat memisahkan diri dari sikap-sikap dan sifat-sifat orang tua kita yang tidak kita inginkan
, sambil tetap menjaga hal-hal yang kita kagumi dari mereka.

Sekali kita membuat hubungan antara kejadian lalu dan tingkah laku sekarang, dan sekali kita mempunyai perasaan terhadap diri sendiri dan usaha-usah yang kita pertahankan, maka kita menjadi lebih kuat untuk menantang sikap-sikap negatif kita sebagai orang tua. Kita dapat mempertanyakan sikap dan tingkah laku kritis atau pengabaian kita terhadap anak-anak kita yang mungkin tidak cocok dengan situasi. Kita dapat mengenali, bahwa seperti juga kita bukan orang tua kita, anak-anak kita pun bukanlah diri kita.
Sehingga kita dapat menjadi lebih
terbiasa mengatasi masalah-masalah pada anak-anak kita. Kita dapat mulai terpisah dari orang tua yang tidak kita inginkan dan menjadi orang yang bisa ditiru anak-anak kita.

(Judul Asli: Are You Parenting Like Your Parent? For better or worse, many of our parents’ traits live on in us – Diterjemahkan dari artikel Lisa Firestone, Ph. D. di Psychologytoday.com, yang di terbitkan pada November 29, 2012)

21
Agu
12

Dalam Krisis? Biarkan Kata-katamu Menciptakan Duniamu

(Diterjemahkan dan disingkat dari artikel Karen Salmansohn yang berjudul “In a Crisis? Let Your Words Create Your World”, yang ada di Oprah.com)

Para psikolog mengatakan, sebuah trauma yang terjadi akan menyerangmu lagi untuk kedua kali. Pertama, Kamu mengalami realitas tersebut – menghadapi kenyataan itu. Kedua, ketika kamu berpikir atau berbicara tentang hal tersebut kepada orang lain, berarti kamu telah menciptakan kembali kejadian tersebut dalam pikiran. Meskipun tidak ada yang dapat kamu lakukan tentang apa yang telah terjadi padamu, penting untuk tetap memperhatikan bagaimana kamu menggambarkan trauma untuk diri sendiri dan orang lain – Ingat, kata-katamu menciptakan duniamu!

Boris Cyrulnik, sebuah etolog Perancis terkenal, mengatakan ada alasan yang baik untuk memperhatikan apa yang kamu katakan. Kebanyakan perempuan yang bekerja dengan Boris, dan yang pernah mengalami trauma seksual, mengatakan bahwa bukan kasih sayang yang menginspirasi mereka untuk pulih, tetapi lebih karena pengaruh orang-orang disekitarnya yang memberitahu bersikap kuat. Cukup diberitahu bahwa mereka kuat akan membantu mereka untuk menjadi seperti itu. Cyrulnik berpendapat bahwa jika orang lain mengungkapkan rasa kasihan atau horor terlalu banyak kepadamu , pandangan mereka benar-benar dapat meningkatkan rasa sakitmu.

Apa cara yang paling mudah, juga paling kuat, untuk bangkit kembali dari keterpurukan? Ingatlah mantra ini, “Saya harus memperhatikan kata-kata yang saya gunakan – karena kata-kata tersebut menciptakan dunia yang saya lihat!”

Neuro-linguistik Programming (NLP) adalah terapi yang mencoba untuk mempengaruhi pikiran bawah sadar dan mempengaruhi perubahan yang positif dengan sadar menggunakan kata-kata positif untuk kembali fokus pada hal-hal yg bisa dikendalikan. Misalnya, Cyrulnik memperingatkan bahwa setelah trauma, kita perlu memastikan bahwa kita tidak berbicara dengan orang-orang yang sengaja membuat kita dalam modus korban, yang menggunakan bahasa depresi-inducing semisal:
– Anda pasti sangat menderita sekarang!
– Betapa sangat terluka dan sakitnya Anda!
– Aku yakin kau lelah dan tertekan setelah semua yang kau lalui!

Tidak, tidak, tidak! Kau harus menjauhkan diri dari kata-kata seperti itu! Memang pada permukaan mereka tampak baik dan empati, tapi mereka akan lebih membuatmu mengalami krisis serta berada dalam mood yang buruk. Selama masa-masa sulit, Kau harus dikelilingi dengan orang-orang yang menyanyikan, “Kamu kuat! Anda kuat! Kamu kuat” yang menciptakan lingkaran dukungan tak berujung!

Morrie dan Arleah Shectman, psikoterapis yang mengkhususkan diri dalam konseling dukacita, paham betul dengan kekuatan subliminal kata-kata. Mereka sengaja menggunakan bahasa memberdayakan ketika membantu orang melalui trauma. Morrie mengatakan dia tidak pernah berbicara “dengan simpati” terhadap pasien, karena itu melemahkan dan membuat pasien dimanjakan dalam mode korban. “‘Pembicaraan yang penuh dengan simpati’ dapat membuat pasien terjebak, menghidupkan kembali perasaan sedih mereka daripada melaluinya,” kata Morrie.

NLP adalah sebuah fenomena yang cukup menakjubkan. Pada tahun 2000, peneliti John Bargh melakukan studi yang sekarang terkenal, yang menunjukkan bagaimana konteks linguistik kita sangat mempengaruhi perilaku kita. Bargh memberikan pada dua kelompok orang yang berbeda dua daftar berbeda berupa kata-kata untuk disusun, dan memberitahu mereka, bahwa mereka sedang diuji untuk memecahkan masalah sederhana.

Daftar pertama berisi kata-kata yang menunjukkan ketidaksabaran, kekasaran dan agresivitas, daftar kedua merupakan kata-kata yang menunjukkan kesabaran, kesopanan dan ketenangan. Setelah tes selesai, para peserta diminta untuk membawa daftar tersebut ke seorang administrator yang asyik mengobrol dengan seorang rekan – ini dalam rangka menyiapkan sebuah percobaan yang sebenarnya.

Semua peserta yang diberi daftar kata-kata yang menunjukkan kekasaran dan agresivitas, menjadi seperti yang digambarkan dalam kata-kata di daftar tersebut – dengan marah mengganggu administrator. Namun, peserta dengan bahasa yang menyarankan kesabaran dan ketenangan, 82 persen dari mereka tidak mengganggu administrator sama sekali. Pelajaran yang bisa dipetik? Kata-kata yang kita gunakan dan kita dengar sangatlah kuat mempengaruhi!

Jika kau sedang dalam keadaan yang sangat sulit, sangat penting untuk menjadi sadar dan tidak berkutat pada rasa sakit. Sebaliknya, secara sadar bumbuilah percakapanmu, baik dalam sesi terapi atau dalam penulisan jurnal, dengan kata-kata yang menggambarkan kekuatan, semangat, kata-kata optimis, sehingga akan membuatmu ditujukan ke arah yang kuat, positif, penyembuhan!

“Setelah kau melalui trauma atau kerugian besar, asumsikan bahwa orang tidak akan menjadi pendengar yang baik,” kata Dr Al Siebert, penulis The Advantage Resiliency. Menurut Siebert, rata-rata orang akan mendengarkanmu berbicara tentang kesulitanmu selama satu sampai dua menit, sebelum akhirnya mereka ingin pergi, atau mengganggu mu dengan pendapat mereka. Hal ini dapat benar-benar menyakitkan dan menimbulkan stres emosional ketika kau sedang merasa rapuh.

Siebert menyarankan untuk melindungi semangat dengan menciptakan beberapa batasan dan “elevator pitch” dari cerita, berupa jawaban cepat satu menit. Dengan pemikiran ini, sangat membantu untuk menggunakan beberapa waktu untuk secara sadar menuliskan elevator pitch apa yang kau ingikan untuk disertakan, sehingga kau siap ketika orang bertanya. Cobalah untuk menggunakan bahasa yang netral atau positif sehingga kau tidak terus mengenang rasa sakitmu. Pastikan untuk menempatkan “kicker” positif di akhir. Misalnya: “Ya, saya sudah melalui hal yang mengerikan, tapi aku baik-baik saja menanganinya. Bagaimana denganmu? Pernahkah kau melalui hal seperti ini?” Mengharapkan empati akan mengecilkan kemungkinan bahwa respon pendengarmu akan menyakiti atau mengecewakanmu.

Jika kau merasa sedang berada dengan orang-orang yang sangat mendukung – teman yang mana anda ingin lebih bebas berbagi pengalaman – pastikan untuk memeriksa mereka terlebih dahulu, dengan mengatakan sesuatu seperti: “Saya harus mengakui apa yang telah kulalui adalah pengalaman yang sangat emosional . Jika kau memiliki satu jam, saya ingin berbagi denganmu” Dengan cara itu kamu menjaga diri terhadap kekecewaan karena tidak mampu untuk berbagi sesuai dengan yang kau harapkan..

Siebert juga mengingatkan bahwa tidak apa-apa untuk memutuskan untuk tidak berbagi. Kau dapat memberitahu orang-orang, “Terima kasih untuk bertanya, tapi saya tidak ingin untuk membicarakannya sekarang.”

Teknik lain adalah NLP membantu untuk mencairkan kata-kata yang sangat negatif. Cobalah untuk berhenti mengatakan hal-hal seperti:

Aku marah!
Aku hancur!
Aku benar-benar hancur.

Alih-alih menggantinya dengan ekspresi ringan seperti:

Saya sedikit jengkel.
Saya kecewa.
Aku heran.

Sadarilah bahwa kata-kata Anda juga memiliki kekuatan di bidang lain kehidupan Anda. Misalnya, alih-alih mengatakan, “Saya tidak akan terlibat dengan brengsek yang curang, atau sosiopat, atau orang beracun!” Kamu perlu berkata, “Saya hanya akan terlibat dengan orang-orang yang sehat, penuh kasih, dan orang dapat dipercaya.” Daripada mengatakan, ” Saya tidak lagi akan terlilit dalam utang!” kau mungkin bisa berkata,” Saya bersumpah untuk menjadi pelarut finansial. ”

Saya juga seorang yang sangat percaya bahwa apa yang yang kau pikir tentang dirimu sendiri adalah benar-benar memanifestasikan siapa dirimu. Keyakinanmu akan menciptakan tindakan dan kebiasaan yang kamu pilih. Selama mengalamai masa yang sulit, sangat penting untuk melihat diri sendiri sebagai orang yang kuat – mampu memantul kembali lebih kuat daripada sebelumnya! Dengan pemikiran ini, saya sarankan selama masa-masa sulit, Anda memasukkan apa yang saya sebut “Identity Protection Program!” Milikilah salah satu dari identitas berikut sebagai milik Anda:

– Aku tipe orang yang membuat dunia mengatakan ya kepada saya.
– Saya adalah seorang dengan semangat gigih, phoenix yang bangkit dari abu. Tidak ada yang membuat saya jatuh!
– Orang yang lebih rendah akan hancur sekarang. Tidak moi!
– Ketika hidup melempariku dengan curveball, aku memukul mereka keluar dari taman!

Jika kau berada dalam waktu yang sulit, ingatlah untuk mengulang jenis keyakinan sesering mungkin, bahkan jika pada awalnya kau tidak percaya terhadap hal tersebut. Seperti Muhammad Ali pernah berkata: “Ini adalah pengulangan/afirmasi yang membuat kita yakin. Dan sekali hal tersebut menjadi keyakinan yang mendalam, banyak hal-hal mulai terjadi “Atau seperti yang saya ingin katakan, “Kadang-kadang kita harus membuat “positif palsu” sampai akhirnya kita berhasil dalam keadaan positif yang sebenarnya” (“Sometimes you gotta fake positivity till you make positivity”).

23
Nov
11

Trauma Karena Kehilangan Orang Yang Kita Cintai

Bila kita membaca tulisan Robert D. Stolorow, Ph. D, yang berjudul “Trauma and The Hourglass of Time – Trauma disrupts our ordinary experience of Time”, kita akan mengetahui bahwa trauma (dalam tulisan tersebut terutama trauma yang menyangkut kematian seseorang) sebenarnya tidak bisa dihilangkan dari kehidupan. Ketika kita kehilangan seseorang yang sangat kita sayangi, maka rasa kehilangan itu akan terus dan terus datang ke dalam diri kita. Waktu tidak akan menyembuhkan luka trauma. Kata-kata “Anda harus membiarkannya pergi dan teruslah melangkah” tak akan bisa berhasil menyembuhkan luka. Dengan kata lain, trauma adalah abadi, dan karena trauma itu mendalam, maka akan mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Luka akibat trauma akan terus dibawa dan dialami oleh seseorang. Walaupun di suatu waktu kita dapat melupakan rasa trauma, tapi itu hanya akan terjadi sementara, di waktu yang lain luka itu akan terasa lagi.

Lalu bagaimana cara untuk membantu orang yang mempunyai trauma? Yaitu dengan cara membuatnya tidak merasa sendiri. Rasa luka yang mendalam dan kegelapan akibat trauma dapat ditahan dan ditanggung, tidak dalam kesendirian secara emosional. Dibutuhkan orang-orang lain yang mau untuk sama-sama merasakan rasa sakit emosional tersebut, dengan penuh pemahaman, sehingga luka tersebut tidak ditanggung secara sendirian. Agaknya tepat bahwa kita akan menjadi lebih kuat jika bersama dengan orang lain. Jadi, jangan biarkan orang yang trauma merasa sendiri..

07
Sep
11

Cara Menghadapi Orang Yang Narsisis

Diterjemahkan dan disingkat secara bebas dari tulisan Judith Orloff, MD (dari artikelnya di Psychologytoday.com , yang diambil dari bukunya berjudul “Emotional Freedom”)

Bagaimana mengenali Narsisis:
Motto mereka adalah “Aku dulu”. Segala hal adalah tentang mereka. Mereka mempunyai perasaan yang berlebihan terhadap kepentingan pribadi mereka dan hak mereka, lalu mereka juga mendambakan kekaguman dan perhatian.
Mereka akan memojokkanmu dalam sebuah pesta, menceritakan tentang riwayat ‘besar’ mereka.

Beberapa narsis tidak disukai, sangat kelihatan egois. Namun beberapa yang lain dapat menawan, cerdas, peduli – kecuali jika status mereka terancam. Jika anda berhenti menaikkan ego mereka, atau tidak setuju dengan mereka, mereka akan beralih ke anda dan menghukum anda.

Orang-orang narsisis bisa sangat berbahaya, karena mereka kurang mempunyai empati, mempunyai kapasitas terbatas terhadap cinta tanpa syarat. Hati mereka tidak berkembang, bahkan mungkin telah mati, akibat trauma fisik di masa lalu, seperti dibesarkan oleh orang tua yang narsisis, sehingga mereka mengalami cacat yang melumpuhkan secara emosional maupun spiritual.

Karena sulit untuk memahami, orang-orang Narsisis ini kurang memamhami tindakan mereka sendiri, apalagi untuk menyesalinya. Walaupun mempunyai intuisi, seringkali intuisi itu digunakan mereka untuk kepentingan pribadi mereka sendiri dan untuk memanipulasi. Seperti pepatah Hassidic yang mengatakan “tidak ada ruang buat Tuhan bagi dirinya, karena dirinya telah penuh oleh dirinya sendiri.”

Untuk mengetahui tanda-tanda dari orang yang narsisis, tanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
* Apakah mereka bertindak seolah-olah hidup berputar di sekelilingnya?
* Apakah saya harus memujinya untuk mendapatkan perhatiannya atau persetujuan?
* Apakah dia selalu mengarahkan pembicaraan kembali ke dirinya sendiri?
* Apakah ia mengecilkan perasaan saya atau kepentingan saya?
* Jika saya tidak setuju, apakah ia menjadi dingin atau menahan?

Jika jawaban anda YA untuk satu atau dua pertanyaan, maka anda tampaknya berhadapan dengan seorang narsisis. Jika jawaban 3 pertanyaan menghasilkan jawaban YA, maka narsisis telah menjajah Kebebasan Emosional anda.

Untuk berhadapan dengan orang narsisis sangatlah sulit (seperti kacang yang sulit retak).
Yang terbaik yang dapat dilakukan terhadap mereka adalah menyeleraskan aspek-aspek positif mereka, dan fokus terhadap tindakan-tindakan mereka yang mereka anggap tidak berhasil. Bahkan jika seseorang ingin berubah, kemajuannya pun akan terbatas, keuntungannya juga sedikit.

Saran profesional: jangan jatuh cinta sama seorang narsisis, atau berilusi dengan mengatakan mereka akan mampu memahami prinsip ‘memberi dan menerima’ dalam suatu hubungan intim. Berhubungan dengan narsisis akan membuat anda kesepian secara emosional. Jika anda mempunyai pasangan yang narsisis, hati-hati jika mengharapkan rasa pengasuhan yang tidak pernah didapatkan dari orang tua anda sendiri, karena itu tak akan terjadi. Juga, jangan berharap kepekaan anda akan dihormati.

Jika seorang narsisis menguras emosi anda, ini lah yang harus dilakukan untuk mendapatkan kekuatan anda lagi:
Rendahkan harapan anda, dan bikin strategi untuk memenuhi kebutuhan anda.
* Jaga harapan anda tetap realistis.
Nikmati kualitas positif dari mereka, tapi mengertilah bahwa emosi mereka terbatas. Bahkan jika mereka sangat ahli di suatu bidang. Dengan menerima hal ini, anda tidak akan meminta dari teman, keluarga, atau rekan kerja, sesuatu yang tidak dapat mereka berikan. Camkan definisi kegilaan ini: ketika anda mengulangi tindakan yang sama, tapi mengharapkan respon yang berbeda.
*Jangan membuat diri anda tergantung kepada mereka.
Jangan terperangkap untuk menyenangkan seorang narsisis. Lindungi sensitivitas anda. Tahan diri anda untuk tidak menceritakan perasaan terdalam anda pada seseorang yang tidak akan menghargai anda.
*Tunjukkan sesuatu yang akan menjadi keuntungan mereka.
Untuk berkomunikasi secara sukses dengan seorang narsisis, ingat ini. Menyatakan apa yang anda butuhkan jelas tak akan berhasil, apalagi jika anda marah atau menuntut. Lebih baik bicaralah sesuatu yang berarti bagi mereka. Misalnya, daripada mengatakan ini kepada pasangan: “saya sangat menikmati makan malam keluarga”, lebih baik mengatakan “semua orang menyukai kamu, mereka akan senang jika kamu hadir dalam makan malam kelurga”. Atau, daripada mengatakan ini kepada majikan anda, “Saya lebih suka bekerja tidak sampai malam”, lebih baik berkata “Saya dapat memberikan lebih banyak hasil jika bekerja pada jam-jam ini”.

Memang, lebih baik tidak berurusan dengan seorang narsisis yang membosankan, namun jika hal itu tak dapat dihindari, gunakan teknik ini untuk mendapatkan hasil yang baik.

03
Sep
11

Kami Orang Pendiam

Coba amati orang-orang di sekitar kita. Coba amati teman kita, saudara kita, dan coba amati diri kita sendiri. Adakah ditemui orang yang jika di suatu tempat ia mempunyai sikap perilaku tertentu, lalu di tempat yang lain ia bersikap dan berperilaku berbeda, seperti bukan dirinya yang sebelumnya. Ketika ia berkumpul dengan orang-orang dari grup yang satu, ia bersikap sangat pendiam, tapi ketika ia berkumpul dengan grup yang lain, ia sama sekali tidak pendiam. Malah sangat dominan. Ini terjadi pada saya. Ya, saya sendiri. Salah seorang teman saya melihat itu. Teman saya itu adalah teman di suatu perkumpulan. Kemudian ia bergabung di perkumpulan lain, yang sebelumnya saya sudah bergabung di situ. Teman saya kaget, yang tadinya di perkumpulan saya pendiam, kenapa di perkumpulan yang ini saya tidak pendiam lagi, berbeda seratus delapan puluh derajat. He he…ehm..apakah semua orang seperti itu? Atau hanya saya saja? Atau ada beberapa orang saja – tidak semua orang – yang seperti itu?

Setelah baca buku ‘Pengantar Psikologi’ oleh Atkinson, Atkinson, Smith, dan Bem, ternyata dituliskan di situ bahwa perilaku memang mungkin berbeda-beda dari situasi satu ke situasi lain. Individu mungkin menarik diri dalam sebagian situasi, tapi terbuka pada situasi yang lain. Karena alasan ini lah, penilaian trait dari kepribadian tidak bisa memprediksi perilaku dalam situasi yang berbeda. (trait adalah sifat, yang membedakan individu dengan individu lainnya. Trait misalnya tenang, tegar, percaya diri, pendiam, tidak senang berpetualang, mudah marah, kejam, ceroboh, dan lain-lain)

Saya melihat ada teman saya persis seperti saya. Tapi saya juga melihat ada teman akrab saya yang konsisten, ia sanguin (ceria, lucu, rame), dan di semua perkumpulan, di semua tempat, dia selalu sanguin. Jadi ada orang yang berubah-ubah sifat dan perilakunya. Tapi ada yang hampir konsisten perilakunya.

Bagaimana cara membuat orang seperti saya (yang pendiam ini, he he he) berubah perilakunya? Dari yang tadinya menarik diri, jadi tidak menarik diri lagi, dan bahkan mendominasi?

Caranya, seringlah bersenang-senang bersama-samanya! Yak..dengan sering bersenang-senang bersama, suasana akan cair, tidak akan ada lagi kekhawatiran, tidak perlu menarik diri. Bersenang-senang yang bagaimana? Seperti maen game, bercanda, berkaraoke, bermain permainan outbound, main bersama di ancol, dufan, naik wahana-wahana permainan, foto geje bersama, dan lain sebagainya.

Ini terbukti. Saya sendiri juga begitu. Saya sangat pendiam di keluarga besar saya. Jika ada pertemuan keluarga besar, baik dari pihak ayah maupun ibu, saya selalu memilih diam dan menarik diri. Tapi saya sangat berbeda dengan keluarga kandung ibu. Karena di keluarga kandung ibu, kami sering rekreasi bersama. Saya bisa dominan di situ. Teriak-teriak pun gak masalah. Berbeda dengan jika berkumpul dalam keluarga besar, apalagi dengan keluarga dari pihak ayah, yang selalu lebih formal. Harus sopan lah. Mesti salaman lah. Mesti ini, mesti itu…fuh..gak nyaman rasanya.

Di suatu perkumpulan, saya juga sangat dominan, karena kami sering berekreasi bersama. Bahkan kami sering bermain outbound bersama. Seorang anggota baru, pernah ditanya begini, bagaimana pendapat mu tentang perkumpulan ini, bagaimana kesan pertamamu..terus dia bilang kira-kira seperti ini..”di sini sepertinya saya orang asing (tentu saja, karena dia masih baru). kalau bisa untuk anggota baru ada pendekatan dari anggota-anggota lama,sehingga saya tidak merasa asing lagi.” Itu pendapatnya dia waktu itu, tapi…beberapa saat kemudian kami melakukan aktivitas outbound, akhirnya dia jadi cair, dan lama-lama dia gak ngerasa asing lagi. Bahkan di foto dia nampak ‘gokil’ ! Ha ha ha..

Jadi, jika kalian menemukan orang-orang sejenis saya..TOLONG ingat ini.. bukan kami sombong, kami sering menarik diri, sering menghindar dari bertemu dengan orang-orang, karena ada perasaan yang tidak nyaman yang tidak bisa kami jelaskan..saya sering merasa tak nyaman untuk bersama dengan orang-orang, terutama dengan orang-orang baru, terutama dengan orang-orang yang ‘kaku’ (walaupun saya sendiri orangnya cenderung terlihat kaku..hi hi hi..). Kami bukanlah orang yang merasa nyaman di tengah keramaian. Kalau disuruh memilih, kami lebih suka sendirian daripada berkumpul dengan orang-orang. Tapi sesungguhnya kami juga membutuhkan teman. Jadi tidak benar seratus persen bahwa kami adalah orang yang lebih suka sendiri. Karena saya SANGAT suka berkumpul dengan teman-teman di satu perkumpulan (yang sering outbound dan rekreasi tadi). Bahkan bisa dibilang saya sangat ‘setia’ loh dengan perkumpulan itu. TOLONG..mohon jangan jauhi kami. Karena bagaimanapun kami makhluk sosial yang membutuhkan teman. Tapi juga jangan paksa kami untuk mendekat. Karena kalau dipaksa jadi makin tak nyaman bagi kami. Jangan pula cepat ‘menghakimi’ kami dengan mengatakan kami orangnya pendiam, dan sebagainya.Seandainya anda melihat kami memang pendiam, jangan dikatakan. Simpan saja dalam hati. Tetaplah tersenyum dan cairkan kebekuan kami dengan canda, ketidakformalan, dengan bermain, dan lain-lain. Ada dari kami yang sangat sulit ‘cair’, ada yang lebih mudah.

Hm..rasanya memang tidak adil kalau saya menuntut orang lain untuk memperlakukan orang-orang sejenis saya. Sedangkan kita kan harus pro-aktif. Tidak menunggu orang lain. Dengan demikian, kalau saya pribadi, dengan saya memahami hal ini, maka saya pun juga akan berusaha untuk tidak menghindar lagi. (Walaupun waktu lebaran barusan saya udah menghindar lagi bertemu dengan keluarga besar, dengan berpura-pura sakit perut. He he he..). Saya juga akan berusaha untuk lebih cepat cair..tapi yah..tolong kasih waktu lah..karena semua kan butuh proses…hm…

 

TAMBAHAN DARI TULISAN “KAMI ORANG PENDIAM”, bisa dilihat di link ini: 

TAMBAHAN “KAMI ORANG PENDIAM”.

30
Des
10

Teknik Kesepakatan

enam prinsip/teknik dasar untuk memperoleh kesepakatan:
1. Pertemanan/rasa suka (Ingratiation): umumnya, kita lebih bersedia utk memenuhi permintaan dari teman/orang-orang yang kita sukai daripada permintaan dari orang asing atau orang-orang yang tidak kita sukai.
–> teknik ingratiation yang paling efektif:

rayuan(flattery) – memuji orang lain (atau org2 yg dekat dg orang lain itu) dengan cara-cara tertentu.

memperbaiki/memperindah penampilan

mengeluarka banyak tanda-tanda nonverbal yg positif

melakukan kebaikan-kebaikan kecil

2. Komitmen/Konsistensi: artinya orang akan lebih mudah untuk di ajak bersepakat tentang suatu yang berhubungan secara konsisten dengan komitmen yg ia miliki itu.

–> teknik foot-in-the door: membuat orang menyetujui terhadap permintaan kecil, lalu setelah orang itu setuju, disodorkan permintaan yg lebih besar (yg diinginkan).

–> teknik low ball: penawaran/persetujuan diubah (menjadi lebih tidak menarik) setelah orang yang menjadi target terlanjur menerimanya. Misal: konsumen ditawari sebuah mobil yg sangat menarik. Ketika sudah diterima oleh konsumen, penawaran itu ditolak oleh manajer, dengan menaikkan harga/membuat suatu perubahan yang tidak menguntungkan konsumen. Konsumen sering kali menerima penawaran tersebut.

3. Kelangkaan: orang akan lebih mudah menerima kesepekatan jika hal itu adalah hal yang langka, dibandingkan dengan yang tidak langka.

–> playing hard to get (jual mahal): memberikan kesan bahwa seseorang atau obejk adalah langka dan sulit diperoleh.

klo ingin jadi karyawan, tunjukkan bahwa kita mungkin akan direkrut oleh perusahaan lain, kita sangat diinginkan.

dengan memberi kesan bahwa sulit untuk mendapatkan kasih sayang, maka individu akan meningkatkan kemungkinan untuk disukai.

–> teknik deadline: orang yang menjadi target diberi tahu bahwa mereka memiliki waktu yang terbatas untuk mengambil keuntungan dari beberapa tawaran atau untuk memperoleh suatu barang.

4. Timbal balik/resiprositas: orang lebih mudah memenuhi permintaan dari orang yang sebelumnya telah memberikan bantuan atau kemudahan bagi kita daripada terhadap orang yang tidak pernah melakukannya. Dengan kata lain kita harus membayar apa yang telah dilakukan oleh orang lain.

–> teknik door-in-the-face: pemohon memulai dengan permintaan yg besar dan kemudian ketika permintaan ini ditolak, mundur ke permintaan yang lebih kecil (yg sebenarnya yang dekat dengan yang diinginkan).

–> teknik that’s-not-all: menawarkan keuntungan tambahan kepada orang-orang yang menjadi target, sebelum mereka memutuskan apakah mereka hendak menuruti atau menolak permintaan spesifik yang diajukan. –efek ini berhasil utk harga-harga yang lebih rendah.

5. validasi sosial: “hal itulah yang dilakukan oleh orang-orang seperti kita”, bila orang itu percaya, biasanya ia akan lebih mudah menerima kesepekatan kita.
Orang lebih mudah memenuhi permintaan untuk melakukan beberapa tindakan, jika tindakan tersebut konsisten dengan apa yang kita percaya/dipikirkan oleh orang yang mirip dengan kita.

6. Kekuasaan: orang lebih bersedia memenuhi permintaan orang yang berkuasa

taktik lain:

1. teknik Pique:
minat orang yang menjadi target distimulasi dengan permintaan yang tidak umum, sehingga mereka tidak menolak permintaan secara otomatis, karena kebiasaan mereka.

2. menempatkan seseorang dalam suasana yang baik dulu (sama dengan ingragatiation).

PS (dari pengarang buku): Betapa menyedihkan bahwa taktik-taktik pengaruh sosial seringkali digunakan untuk hasil yang mementingkan diri sendiri!

dari buku: “Psikologi Sosial” Jilid 2, edisi kesepuluh (hal 70 – 78) Penulis: Robert A. Baron & Donn Byrne




Blog Stats

  • 51.574 hits